Untuk mengetahui kualitas dan relevansi sebuah jurnal ilmiah, salah satu cara yang efektif adalah dengan memeriksa apakah jurnal tersebut terindeks di Scopus. Anda dapat melakukan pengecekan jurnal di Scopus dengan mudah menggunakan beberapa langkah sederhana. Dalam artikel ini, kami akan membahas secara detail Cara Cek Jurnal Terindeks Scopus dan mengapa hal ini penting bagi para peneliti, akademisi, dan praktisi yang ingin memastikan kredibilitas jurnal tempat mereka mempublikasikan karya ilmiah. Dengan mengetahui cara cek jurnal Scopus, Anda akan lebih mudah menilai apakah sebuah jurnal memenuhi standar internasional atau tidak.
APA ITU SCOPUS?
Scopus adalah database atau indeks literatur ilmiah yang mencakup berbagai disiplin ilmu, menyediakan akses ke jurnal, konferensi, dan buku akademik terkemuka. Salah satu fitur utama dari Scopus adalah indeksasi jurnal, yang memastikan hanya jurnal berkualitas tinggi yang terdaftar, memberi kemudahan bagi pengguna untuk menemukan sumber terpercaya. Selain itu, Scopus menyediakan fitur analisis kutipan yang membantu peneliti melacak sejauh mana artikel atau jurnal memperoleh kutipan dari publikasi lain. Peneliti juga dapat menghitung H-index untuk menunjukkan produktivitas dan dampak ilmiah mereka. Dengan fitur tersebut, Scopus berperan sebagai alat penting dalam mengukur pengaruh penelitian, menemukan literatur yang terpercaya, dan menilai kualitas karya ilmiah di dunia akademis.
CEK JURNAL SCOPUS
Untuk mengecek apakah sebuah jurnal terindeks di Scopus, Anda dapat mengikuti langkah-langkah berikut di situs resmi Scopus (https://www.scopus.com/home.uri):
-
Buka situs Scopus melalui tautan ini.
-
Jika Anda memiliki akun Scopus, login terlebih dahulu. Jika tidak, Anda tetap dapat mencari jurnal tanpa perlu login.
-
Ketikkan nama jurnal yang ingin Anda cek di kolom pencarian yang terletak di bagian atas halaman utama. Misalnya, ketikkan nama “Journal of Engineering”.
-
Setelah mengetik nama jurnal, tekan tombol Enter. Scopus akan menampilkan hasil pencarian jurnal yang relevan. Anda dapat menggunakan filter pencarian untuk mempersempit hasil, seperti memilih kategori jurnal atau tahun publikasi.
-
Pilih jurnal yang sesuai dengan nama yang dicari. Jika jurnal terindeks di Scopus, informasi terkait indeksasi dan metrik lainnya, seperti H-index atau jumlah kutipan, akan muncul.
-
Di halaman jurnal yang dipilih, Anda akan menemukan status “Scopus Indexed” atau informasi terkait lainnya yang menunjukkan bahwa jurnal tersebut terindeks di Scopus.
CONTOH SCOPUS YANG SUDAH DISCONTINUE
Dalam dunia penelitian ilmiah, jurnal terindeks Scopus memainkan peran penting sebagai sumber informasi yang kredibel dan berkualitas tinggi. Banyak peneliti memilih jurnal-jurnal ini untuk mempublikasikan temuan mereka dan mencari referensi yang relevan sesuai bidang studi. Namun, tidak semua jurnal mampu bertahan lama di dalam indeks Scopus. Beberapa jurnal berhenti terbit atau mengalami status discontinue, meskipun sebelumnya masuk dalam basis data resmi. Artikel ini akan mengulas sejumlah contoh jurnal Scopus yang telah discontinue, membahas alasan di balik penghentian tersebut, serta menyoroti dampaknya terhadap komunitas akademik.
Jika Anda membutuhkan lanjutan artikel dengan gaya serupa (misalnya: daftar jurnal yang discontinue, solusi bagi peneliti, atau strategi publikasi alternatif), saya siap bantu lanjutkan.
Apa Itu Jurnal Scopus yang Discontinue?
Jurnal yang terindeks di Scopus harus memenuhi standar kualitas tertentu yang ditetapkan oleh database tersebut. Namun, meskipun jurnal ini awalnya memiliki reputasi dan kualitas yang tinggi, beberapa jurnal akhirnya menghentikan penerbitannya. Proses penghentian jurnal yang terdaftar di Scopus disebut discontinue. Penerbit bisa menghentikan terbitan jurnal karena berbagai faktor, seperti kurangnya minat pembaca, kesulitan finansial, perubahan kebijakan penerbit, atau masalah internal lainnya.
Jurnal yang discontinue masih dapat ditemukan dalam arsip Scopus, tetapi penerbit berhenti menerbitkan edisi terbaru dan tidak memperbarui indeksasi dengan artikel-artikel baru. Hal ini bisa menjadi masalah besar bagi peneliti yang mengandalkan jurnal tersebut sebagai sumber referensi utama.
Mengapa Jurnal Scopus Bisa Discontinue?
Beberapa alasan mengapa sebuah jurnal yang terindeks di Scopus bisa discontinue antara lain:
-
Masalah Finansial: Penerbit jurnal menghadapi kesulitan finansial yang menghambat kemampuan mereka untuk melanjutkan penerbitan. Biaya operasional untuk menjalankan jurnal ilmiah, seperti biaya untuk peer-review, editing, dan distribusi, dapat sangat tinggi.
-
Minimnya Minat atau Keterbacaan: Jurnal yang tidak lagi menarik bagi komunitas ilmiah atau yang tidak mendapatkan banyak kutipan mungkin dihentikan. Tanpa pembaca dan kutipan yang cukup, kelangsungan hidup sebuah jurnal bisa terancam.
-
Perubahan Kebijakan Penerbit: Penerbit memutuskan untuk menghentikan jurnal sebagai bagian dari restrukturisasi atau perubahan strategi bisnis. Keputusan ini dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk konsolidasi penerbit atau perubahan dalam prioritas penerbit.
-
Kualitas Editorial yang Menurun: Jurnal yang tidak lagi mampu mempertahankan standar editorial yang tinggi, seperti proses peer-review yang buruk atau kurangnya kualitas dalam artikel yang diterbitkan, dapat kehilangan kepercayaan komunitas ilmiah dan akhirnya dihentikan.
-
Kesulitan dalam Mengelola Proses Peer-Review: Peer-review yang efektif adalah salah satu aspek penting dalam menjaga kualitas jurnal ilmiah. Jika jurnal mengalami kesulitan dalam menemukan reviewer yang berkualitas atau dalam mengelola proses ini, hal itu dapat mengarah pada penghentian penerbitan.
Dampak dari Jurnal yang Discontinue
Peneliti yang telah mengutip atau mengandalkan jurnal discontinue dapat mengalami dampak yang cukup besar. Mereka mungkin kehilangan sumber referensi yang sebelumnya memiliki reputasi kredibel. Artikel-artikel dalam jurnal yang telah berhenti terbit biasanya mengalami penurunan visibilitas atau pengaruh karena jurnal tersebut tidak lagi menerbitkan konten baru.
Penulis yang pernah mempublikasikan karya di jurnal tersebut juga bisa menghadapi penurunan citra terhadap publikasi mereka. Dalam dunia akademis, banyak pihak menilai kualitas jurnal sebagai indikator utama dalam mengevaluasi karya ilmiah. Ketika jurnal berhenti terbit, hal ini dapat mengganggu proses indeksasi artikel di Scopus, meskipun sistem tetap mencatat artikel-artikel lama dalam arsip.
Apa yang Harus Dilakukan Peneliti yang Mengandalkan Jurnal Discontinue?
Jika Anda adalah peneliti yang telah mengandalkan jurnal yang kini sudah discontinue, beberapa langkah yang bisa Anda ambil antara lain:
-
Cari Sumber Alternatif: Anda bisa mencari jurnal lain yang masih aktif dan terindeks di Scopus dengan topik yang sama atau serupa. Menggunakan alat pencarian di Scopus atau database lainnya dapat membantu Anda menemukan jurnal yang relevan.
- Berikut versi revisi tanpa kalimat pasif:
Evaluasi Publikasi Anda: Jika Anda pernah mempublikasikan artikel di jurnal yang kini berhenti terbit, lakukan evaluasi terhadap dampak kutipan dan pengaruh artikel tersebut. Artikel Anda tetap muncul dalam database dan masih berpotensi memberikan pengaruh jangka panjang.
Perbarui Referensi Anda: Saat menulis karya ilmiah baru, gunakan referensi dari jurnal yang kredibel dan masih aktif. Gantilah jurnal discontinue dengan sumber yang lebih relevan agar kualitas dan keandalan karya ilmiah Anda tetap terjaga.