Prosiding dan Jurnal Ilmiah: bedanya apa?

oleh -1020 Dilihat

Masih bingung membedakan antara prosiding dan jurnal? Keduanya sering muncul dalam dunia akademik, tapi punya peran yang berbeda, lho! Simak penjelasan lengkapnya berikut ini untuk tahu perbedaannya.

Setiap akademisi perlu memahami berbagai bentuk publikasi ilmiah. Dosen harus rutin mempublikasikan karya ilmiah untuk menunjang kariernya, sementara mahasiswa wajib menulis publikasi sebagai syarat kelulusan. Di antara berbagai jenis publikasi yang ada, jurnal dan prosiding termasuk yang paling umum. Lalu, apa sebenarnya perbedaan antara keduanya? Yuk, kita pelajari bersama!

cek turnitin gratis bersama mandalika institute

Apa Itu Prosiding?

Prosiding adalah kumpulan makalah ilmiah yang dipresentasikan dalam sebuah seminar, konferensi, atau simposium. Setiap makalah dalam prosiding biasanya telah melalui proses seleksi dan ditulis berdasarkan tema utama dari kegiatan ilmiah tersebut. Berbeda dengan jurnal yang terbit secara berkala dan umumnya melalui proses peer-review yang ketat, prosiding bersifat lebih tematik dan terbit sebagai hasil dokumentasi dari satu event akademik. Formatnya bisa dalam bentuk cetak maupun digital, dan sering kali memuat identitas lengkap acara seperti nama, waktu, dan tempat pelaksanaan.

Dalam penulisannya, makalah prosiding tetap mengikuti struktur ilmiah yang terdiri dari judul, nama penulis dan afiliasi, abstrak, pendahuluan, metodologi, hasil dan pembahasan, kesimpulan, serta daftar pustaka. Prosiding berfungsi sebagai media penyebaran hasil penelitian, sarana tukar informasi antarpeneliti, dan menjadi bagian penting dari portofolio akademik, baik bagi dosen maupun mahasiswa. Dengan menulis di prosiding, peneliti bisa memperluas dampak karyanya sekaligus berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Baca juga: Conference Paper VS International Journal : bedanya apa?

Apa Perbedaan Prosiding dan Jurnal?

Setalah mengenal apa itu prosiding perlu kita ketahui juga pengertian dari jurnal ilmiah yang mana adalah media publikasi yang terbit secara berkala (bulanan, triwulanan, atau tahunan), dengan sistem seleksi dan review yang lebih ketat, sering kali melalui proses double-blind peer review. Jurnal biasanya menampung penelitian yang telah selesai secara menyeluruh, lengkap dengan analisis data yang kuat dan kontribusi teoretis yang jelas. Kualitas jurnal juga diukur dari tingkat akreditasi atau indeksasinya, seperti SINTA, DOAJ, Scopus, atau Web of Science. Artikel jurnal lebih diakui sebagai karya ilmiah utama yang menjadi rujukan dalam penelitian lanjutan dan memiliki nilai yang lebih tinggi dalam penilaian kinerja dosen (BKD) maupun kenaikan jabatan akademik.

Di era akademik modern, publikasi ilmiah menjadi salah satu indikator utama kualitas seorang peneliti, dosen, maupun mahasiswa. Pemerintah melalui kebijakan Merdeka Belajar–Kampus Merdeka (MBKM) bahkan mendorong mahasiswa untuk aktif meneliti dan mempublikasikan karyanya sejak di bangku kuliah. Di tengah tuntutan tersebut, muncul pertanyaan penting: lebih baik menulis di jurnal atau prosiding? Untuk menjawabnya, kita perlu memahami perbedaan mendasar antara keduanya.

Baca juga: Cara Submit Jurnal: Panduan Lengkap Untuk Penulis dan Peneliti

Dari segi struktur, baik jurnal maupun prosiding mengikuti format ilmiah yang sama: judul, nama penulis, abstrak, pendahuluan, metodologi, hasil dan pembahasan, kesimpulan, serta daftar pustaka. Namun bedanya, jurnal cenderung lebih panjang, mendalam, dan melalui proses editing yang lebih ketat. Adapun dari segi waktu publikasi, prosiding biasanya terbit lebih cepat karena terikat dengan jadwal konferensi, sementara jurnal bisa memakan waktu berbulan-bulan hingga diterbitkan karena proses review yang lebih panjang.

Tips Sebelum Melakukan Seminar Prosiding

Jika kamu berencana mengikuti konferensi dan ingin mempublikasikan makalah di prosiding, berikut beberapa tips yang bisa membantumu sukses:

  1. Pahami Tema Konferensi
    Sebelum menulis, pastikan kamu membaca dengan teliti tema dan subtema konferensi. Sesuaikan topik penelitianmu agar relevan dengan fokus acara tersebut.

  2. Tentukan Tujuan Publikasi
    Apakah kamu ingin menyebarkan ide awal, mendapatkan masukan dari akademisi lain, atau hanya ingin menambah portofolio publikasi? Tujuan ini akan memengaruhi cara kamu menyusun paper.

  3. Gunakan Format Penulisan yang Diminta
    Setiap konferensi biasanya menyediakan template penulisan makalah. Pastikan kamu mengikuti format tersebut, termasuk gaya sitasi, margin, font, dan panjang tulisan.

  4. Sampaikan Ide Secara Ringkas tapi Padat
    Karena makalah prosiding sering dibatasi jumlah halamannya, kamu harus menyampaikan gagasan utama dengan jelas dan efisien. Hindari pembahasan yang terlalu panjang lebar.

  5. Periksa Deadline dan Proses Review
    Jangan sampai melewatkan batas waktu pengumpulan naskah. Cek juga apakah ada tahap review dan revisi, serta apakah prosiding akan diterbitkan secara online, cetak, atau terindeks.

  6. Siapkan Presentasi yang Menarik
    Siapkan presentasi visual yang ringkas, menarik, dan komunikatif.

  7. Bangun Jejaring Ilmiah
    Konferensi bukan hanya soal publikasi, tapi juga tempat untuk bertemu dan berdiskusi dengan peneliti lain. Manfaatkan momen ini untuk menjalin kolaborasi dan memperluas wawasan.

Kesimpulannya, memilih antara prosiding dan jurnal tergantung pada tujuan publikasi. Jika ingin menyebarkan ide awal dengan cepat, prosiding adalah pilihan yang tepat. Namun, jika ingin mendapatkan pengakuan akademik yang lebih tinggi dan kontribusi ilmiah yang lebih kuat, menulis di jurnal adalah langkah terbaik. Di tengah dorongan untuk aktif publikasi, memahami perbedaan ini akan membantu setiap akademisi memilih jalur yang tepat untuk karya ilmiahnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.